Lamporan

Lamporan

Salah satu budaya dan kearifan lokal di Indonesia yang sampai sekarang ini masih dilaksanakan adalah budaya Lamporan. Di sebuah Desa di pulau Jawa, tepatnya di Desa Soneyan Kecamatan Margoyoso Pati Jawa Tengah adalah salah satu Desa yang masih melaksanakan budaya Lamporan. Tradisi Lamporan ini dilaksanakan tiap Tahun pada bulan Syura / Suro / Muharram.

Asal usul Lamporan :

Pada mula awal diadakannya Lamporan adalah salah satu upaya tolak balak terhadap hal-hal negatif. Lamporan ini diadakan 7 hari sebelum hari Jumat Wage pada bulan Syuro ( awal tahun jawa / islam ).
Menurut sesepuh Desa Soneyan, acara lamporan ini dimulai 7 hari sebelum Hari Jumat Wage dengan mengelilingi desa membawa obor dan tabuhan tongtek ( alat musik tradisional ). Pada jaman Saya kecil Saya hampir tidak ketinggalan untuk berkeliling desa dengan tongtek bersama teman-teman sebaya serta dipandu oleh orang tua / sesepuh yang melestarikan Lamporan. 

Hingga sekarang budaya Lamporan ini masih tetap eksis dan terjaga. Pada puncak Lamporan ada acara Bungkaran yaitu pawai bersama dengan memakai kostum khas Suku Dayak. Peserta Lamporan ini umumnya adalah warga yang memiliki peliharaan ternak. Mereka percaya bahwa budaya Lamporan ini dapat menyingkirkan balak dan marabahaya pada ternak mereka.

Saat pawai Bungkaran Lamporan ini para peserta menggunakan kostum Dayak dan memakai obor. Salah seorang diantara mereka ada yang berbeda dari pasukan. Beliau lah Pemimpin Lamporan ini.
Dalam rangkaian acara puncak ini , Para peserta menghias dirinya dengan mencorat-coret tubuh dan wajahnya dengan arang kayu. Peserta mengelilingi Desa sambil bernyanyi lagu “teng kilo kiteng tengkilo kombe beko” dan juga lagu negara jaya karya warga Desa Soneyan “negara jaya, sentosa bahagia, tujuan yang mulia, pekan olahraga”.

Juga mereka menyanyikan lagu-lagu wajib nasional, seperti Garuda Pancasila dll. Lagu penyemangat lainnya adalah  ling kolang kaling sing ra lampor sapine gering.


Setelah acara mengelilingi Desa selesai, ada acara "barikan"   yaitu acara selamatan dan doa-doa serta makan nasi liwet dan telur bersama-sama. Pada malamnya ada juga acara "encik" yaitu atraksi seni bela diri. Pada siang hari Jumat Wage ditutup dengan pagelaran seni "Barongan".

Gallery "LAMPORAN"














Demikian tadi Artikel tentang Lamporan. Harapan Saya semoga tradisi Budaya Lamporan ini tetap dijaga dan dilestarikan sampai ke anak cucu nanti. Saya sebagai generasi muda sangat bangga bisa menjadi bagian dalam budaya Lamporan ini.

Terima kasih kepada seluruh Warga Desa Soneyan, juga teman-teman Sanggar "Sarang Garuda" at http://saranggaruda.blogspot.com Desa Soneyan.

Sampai jumpa di Artikel berikutnya.

Seeeeyaaaa 




Everything Just Need a Bullseeds.
Berbagi Macam Hal Informative dan Spesific.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

1 komentar:

komentar
10 Desember 2015 pukul 22.50 delete

Lamporan

http://foxdamn.blogspot.com/2015/12/lamporan.html

Reply
avatar

Catatan:
1. Berkomentarlah dengan sopan sesuai topik yang relevan dan tidak melakukan SPAM
2. Untuk memasukan kode, gunakan tag <i rel="code">KODE ANDA DISINI</i>
3. Untuk memasukan gambar, gunakan tag <i rel="image">URL GAMBAR ANDA DISINI</i>

NB: Sebelum memasukkan kode silahkan parse terlebih dahulu dengan menggunakan tool konversi kode DISINI.